Analisis Puisi Perempuan-Perempuan Perkasa Karya Hartoyo Andangjaya


Tugas Telaah Puisi
Analisis Puisi
Perempuan-Perempuan Perkasa
Karya Hartoyo Andangjaya







Oleh:
Lena Yunianti
18203/2010
Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Padang
2011
Pengertian Puisi
·         Seni penyatuan kesenangan dengan kebenaran melaluin sentuhan imajinasi yang bernalar(Samnnan Jhonson)
·         Rangkaian kata terbaik dalam kata yryt nan indah(Samuel Taylor Coleridge)
·         Pengabdian saat-saat yang terbaik dan berbahagia dari sanubari nan bahagia dan indah(Percy Byssne Shelley)
·         Pikiran yang musikal(Thomas Carlye)
·         Dilembah kritik kehidupan(Mathew Arnold)
·         Kenikmatan dalam kata dengan sarana kata-kata(Wallace Stevens)
·         Ekspresi yang bening dari perasaan yang berbaur(W.H Auden)


STRUKTUR PUISI
1.      Struktur Puisi fisik
Yaitu sruktur yang konkrit, dapat diindra yang mana bunyi,bait, larik, irama, citraan dan lain-lain di  dalam puisi
2.      Struktur Mental
Yaitu yang abstrak tidak dapat diindra yang mana tema, amanat, ide, pemikiran dan lain-lain di dalam puisi












Analisis Struktur Fisik Puisi
A.   Bunyi
Dalam puisi bunyi bersifat estetik. Bunyi di samping hiasan dalam puisi berguna untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus dan sebagainya.
Terdapat bermacam-macam bunyi dalam puisi “perempuan-perempuan perkasa” antara lain:
1.      Bunyi  Asonansi
Bunyi Asonansi merupakan bunyi  yang mengulang huruf vokal(a, i, u, e, o) pada tiap baris.
Contohnya:
·         Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
        Terdapat asonansi A
·         Dari manakah mereka
        Terdapat asonansi A
·         Sebelum  peluit kereta api terjaga
Terdapat asonansi E
·         Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Terdapat asonansi E
·         Mereka berlomba  dengan surya menulu ke gerbang kota
Terdapat asonansi E
·         Siapakah mereka
Terdapat asonansi A
·         Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Terdapat asonansi I
·         Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Terdapat asonansi A
·         Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Terdapat asonansi I

2.      Bunyi Alitrasi
Bunyi  alitrasi merupakan bunyi yang mengulang huruf konsonan pada tiap baris.
Contohnya:
·         Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Terdapat alitrasi K
·         Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta
Terdapat alitrasi U
·         Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Terdapat alitrasi R
·         Merebut hidup di pasar-pasar kota
Terdapat alitrasi R








3.      Bunyi Epifora
Bunyi epifora merupakan pengulangan kata yang terdapat pada akhir baris.
Contohnya:
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota
Terdapat pengulangan kata KOTA

4.      Bunyi Efoni
Bunyi Efoni merupakan bunyi-bunyi yang merdu/indah karena terdiri dari bunyi-bunyi vokal, sehingga kesannya menggembirakan atau menyenangkan.
Contohnya :
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa

B.   Diksi
Salah satu unsur penting dalam menulis puisi adalah pemilihan diksi. Karena puisi adalah bentuk karya tulis yang tidak memakai banyak kata-kata, cenderung tidak deskriptif dan naratif, maka pemilihan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dan nuansa tulisan haruslah dicermati dengan seksama. Termasuk di dalamnya menghindari pengulangan kata yang sama terlampau sering, pemilihan sinonim yang mewakili, sampai ke penggunaan tanda baca dan susunan bahasa. Dalam puisi ini diksi/pemilihan kata banyak yang menggunakan kata yang mudah dipahami dan sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kata perempuan, mereka, datang dan membawa. Tetapi juga ada menggunakan kata-kata lama yang sudah jarang dipakai pada saat sekarang karena terkesan kuno seperti pada kata bakul, surya, dan melata.
                                                       
C.   Gaya Bahasa
Unsur kepuitisan dalam puisi adalah gaya bahasa/ bahasa kiasan. Adanya bahasa kiasan  ini menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian , menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambar angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik dan hidup. Gaya bahasa/majas yang digunakan dalam puisi ini  adalah gaya bahasa metafora. Metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, seperti bagai, laksana, seperti dan sebagainya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Dalam puisi ini contohnya adalah:
Mereka ialah ibu-ibu yang berhati baja





D.   Tipografi
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Dalam puisi ini susunan letak puisi biasa, karena tidak ada permainan letak kata yang dilakukan oleh pengarangnya. Ada puisi yang ditulis dengan tipografi prosa dan susunannya tidak beraturan.
E.    Citraan
Terdapat banyak citraan pada puisi ini, antara lain:

1.      Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan merupakan citraan yang timbul karena daya saraf penglihatan yaitu mata.
Contohnya:
·         Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
·         Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta
Dari contoh di atas dapat dirasakan apa yang terjadi dengan menggunakan indra penglihatan.




2.      Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran merupakan citraan yang menggambarkan bayangan tentang apa yang terjadi dengan menggunakan indra pendengaran yaitu telinga.
Contohnya:
·         Sebelum peluit kereta api terjaga
3.       Citraan Gerak
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya. Citraan ini yang secara konkret tidak bergerak, tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak

F.    Pemotongan Kata
Pada puisi ini tidak terdapat pemotongan kata.
G.   Penyimpangan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam puisi ini tidak ada yang menyimpang. Bahasanya telah mengikuti kaidah yang telah di atur dalam bahasa Indonesia.

         



F) Enjambemen dalam Puisi
Enjambemen dalam puisi adalah pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal larik berikutnya. Tujuannya memberi tekanan pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian berikutnya. Enjambemen juga dapat disebut sebagai kelanjutan sebuah kalimat dari satu baris atau bait ke baris atau bait berikutnya. Bisa juga dilihat sebagai pemenggalan sebuah kalimat menjadi beberapa baris.
            Enjambemen ini akan terwujud bila kita pandai memanfaatkannya, Meski dalam puisi memang tiada aturan yang jelas dalam berenjambemen ini, soalnya Enjambemen memang tergantung gaya dan tehnik yang sifatnya personal.
Dalam puisi “Adakah Engkau Tetap di Sana” yang ditulis oleh Korrie Layun Rampan ini, enjambemen yang terdapat di dalamnya sangat menarik, dan sangat bagus. Enjambemen antara satu baris ke baris berikutnya mempunyai keterikatan yang sangat jelas. Contohnya saja, terdapat pada bait ketiga,
Adakah engkau tetap di sana
Memandang dan memandang lagi
Memandang bayang-bayang yang dihalau kemarau.
G) Penyimpangan Kata-kata
Penyimpangan gramatikal merupakan hal yang dikehendaki,  dalam penulisan puisi. Di dalam perpuisian dikenal adanya lisensi poetika, yaitu kebebasan penyair untuk menyalahi kebiasaan berbahasa sehari-hari, termasuk menyalahi kaidah-kaidah gramatika. Tambahan lagi, juga dikenal adanya estetika penyimpangan, yaitu suatu dorongan untuksenantiasa melakukan penyimpangan dari hal-hal yang sudah dianggap mapan.
















Komentar tentang puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangjaya

Setelah menganalisis puisi ini saya dapat mengerti apa yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Dengan menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami kita dapat dengan mudah untuk mencerna apa isi yang terkandung dalam puisi ini.
Sruktur mental yaitu struktur yang abstrak seperti ide, pemikiran dan amanat yang terdapat pada puisi ini cukup mudah untuk di mengerti oleh para pembacanya. Dalam puisi ini pengarang ingin menceritakan tentang perjuangan kaum wanita. Disini digambarkan ibu-ibu yang mencari nafkah  untuk menghidupi keluarganya. Setiap hari bekerja keras untuk membantu perekonomian keluarga.. Hal yang ingin ditonjolkan penyair dalam puisi ini adalah pengorbanan dan kerja keras para ibu-ibu dengan mengibaratkan mereka sebagai perempuan-perempuan perkasa.
Dengan membaca puisi ini kita dapat mengetahui bahwa seorang ibu juga dapat menafkahi keluarganya. Selain bertanggung jawab atas urusan di rumah, seorang ibu juga dapat mencari uang untuk keperluan sehari-hari. Selain ayah, ibu juga berperan dalam mencukupi kebutuhan tersebut.
Dengan adanya puisi ini kita dapat mengeahui bahwa pengarang ingin kita tahu bahwa wanita juga sama dengan laki-laki dalam bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun tenaga perempuan tidak sama dengan laki-laki, tapi perempuan banyak yang bekerja keras membanting tulang dalam mencari nafkah.
Pesan yang ingin disampaikan pengarang adalah kita tidak boleh meremehkan perempuan karena banyak yang menganggap perempuan sebagai mahluk lemah. Namun pada kenyataannya banyak perempuan yang menjadi penopang ekonomi keluarga.





2 comments:

Unknown said...

keereenn..........!!!
tapi rasa sama nadanya gimana kk??/

Doni Kuswara said...

makasih teteh udah bantu buat persiapan ujian praktik bahasa Indonesia saya :) hehe

Post a Comment