BAHASA DAN OTAK


PEMBAHASAN

Bahasa dan Otak
1.      Struktur, Fungsi, dan Pertumbuhan Otak

            Otak (serebrum dan serebelum) adalah salah satu komponen dalam system susunan saraf manusia. Komponen lainnya adalah sumsum tulang belakang atau medula spinalis dan saraf tepi. Yang pertama, otak, berada didalam ruang tengkorak, modula spinalis berada didalam ruang tulang belakang, sedangkan saraf tepi (saraf spinal dan saraf otak) sebagian berada diluar kedua ruang yang tadi. Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa, sedangkan makhluk primate lain seperti kera dan simpanse adalah 70% dari otak dewasa.
Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat 1350 gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450 gram. Perbedaan otak manusia dan otak makhluk lain seperti kera dan simpanse, bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran, dan sebagainya. Pada otak makhluk lain tidak ada bagian-bagian yang berkenaan dengan ujaran itu. Sebaliknya pada otak makhluk lain, banyak bagian yang berhubungan dengan insting. Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kolosum. Tiap-tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus paritelis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
            Permukaan otak yang disebut sebagai korteks serebri tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (disebut sulkus) dan benjolan (disebut girus). Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut korteks serebri itu menjadi lebih luas.
Korteks serebri ini mempunyai peranan penting baik pada fungsi elementer, seperti pergerakan, perasaan dan pancaindra, maupun pada fungsi yang lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental, atau fungsi luhur atau fungsi kortikal (dari kata korteks) yang terdiri dari isi pikiran manusia, ingatan atau memori, emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga fungsi bicara (bahasa).

           Girus yang terdapat pada korteks hemisfer kiri dan hemisfer kanan mempunyai peranan mempunyai peranan bagi masing-masing tertentu. Korteks hemisfer kanan menguasi fungsi elementer dari sisi tubuh sebelah kiri dan korteks hemisfer sebelah kiri menguasi fungsi tubuh sebelah kanan.
Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut volpe (1987) terdiri atas 6 tahap, yaitu :
1. Pembentukan tabung neural
2. Profilerasi selular membentuk calon sel neuron dan glia.
3. Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks.
4. Deferesiasi selular menjadi neuron spesifik.
5. Perkembangan akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps       (perkembangan dendrite tergantung fungsi daerah tersebut).
6. Elimenasi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.

            Perkembangan tahap 1 sampai 4 pada masa kandungan, dan tidak dipengaruhi oleh dunia luar, sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir, dan dipengaruhi oleh dunia luar atau keadaan sekitarnya.
.

2.      Fungsi Kebahasaan Otak
Fungsi bicara bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan atau superior secara morfologi memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan atau inferior. Hemisfer dominan lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri terutama mempunyai arti penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal. Kemampuan bahasa terletak di belahan atau hemisfer kiri otak, dan daerah Broca berperan penting dalam proses atau perwujudan bahasa.
Satu daerah lagi yang terlibat dalam proses ujaran adalah daerah korteks ujaran superior atau daerah motor suplementer. Dapat disimpulkan bahwa ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernicke pada hemisfer kiri, lalu isyarat ujaran itu dipindahkan kedalam Broca untuk menghasilkan balasan ujaran itu. Kemudian dikirimkan kedalam motor suplementer untuk menghasilkan ujaran secara fisik.
Ada lima alasan yang dikemukakan oleh Krashen (1997) yang mendasari kesimpulan di atas, antara lain:
1.      Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak yang disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemister kiri daripada hemister kanan.
2.      Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang  tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemampuan berbahasa tetap ada.
3.      Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri.
4.      Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka penglihatan mata kanan lebih cepat dan lebih tepat dibandingkan mata kiri.
5.      Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan.



3.      Teori Lateralisasi
Satu teori yang dapat ditarik secara jelas adalah bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahaman dan produksi bahasa alamiah disebut lateralisasi (Lateralization). Beberapa eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi ini.

a. Tes Menyimak Rangkap (Dichotic Listening)
Diperkenalkan oleh Broadbent (1954), lalu banyak dilakukan oleh kimura (1963,1964) dan Ling (1969). Tes ini didasarkan pada teori bahwa hemisfer kiri menguasai kerja anggota tubuh sebelah kanan, dan hemisfer kanan menguasai kerja anggota tubuh bagian kiri.

b. Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation Of Brain)
Tes ini di stimuluskan dengan listrik melalui thalamus lateral kiri sehingga menimbulkan anomia, dimasa subjek yang diteliti tidak dapat menyebabkan nama benda yang ada didepannya, meskipun dia masih lancar bercakap-cakap.
Tes stimulus elektris ini pertama kali dilakukan oleh Penfield dan Rasmussen (1951), lalu oleh Penfield dan Robert (1959) menemukan bahwa stimulus elektris pada korteks sebelah kiri telah menyebabkan si pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara, sedangkan stimulus yang sama pada korteks sebelah kanan tidak mengganggu kemampuan berbicara si pasien. Tes yang terakhir dilakukan oleh Ojeman dan Ward (1971).

c. Tes Grafik Kegiatan Elektris (Elektris-Encephalo-Graphy)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah aliran listrik pada otak apabila seorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Tes ini pertama kali dikenalkan oleh Schafer (1967) dan yang pertama kali menggunakan adalah Whitaker (1971). Namun, yang pertama kali melaporkan telah merekam grafik kegiatan elektris itu adalah Mc. Adam dan Whitaker.



d. Tes Wada (Tes Amysal)
Tes wada ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar jepang bernama J. Wada (1959). Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan kedalam system peredaran salah satu otak.

e. Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physikological Tecnhnique)
Teknik ini telah dilakukan oleh Cohn, (1971). Teknik fisiologi langsung ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara electro-ecephalo-grapky.

f. Teknik Belah-Dua Otak (Bisected Brain Technique)
Teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus kalosum sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan (Gazzaniga, 1970 dalam simajuntak, 1990).

4.      Teori Lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut padangan lokalisasi (Localization View) berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada didaerah Broca dan daerah Wernicke. Wilayah dalam otak yang ada kaitannya dengan kegiatan berbahasa. Hand dan writing adalah wilayah mengendalikan tangan kanan. Speech dan face adalah wilayah yang mengendalikan saraf saluran ucapan. Auditory merupakan wilayah yang memproses bahasa lisan terutama melalui telinga kanan. Tactile adalah wilayah yang memproses informasi pengindraan melalui kulit, saraf dan tangan kanan. Sedangkan visual adalah wilayah yang memproses bahasa tulis. Frontal, parental, occipital, dan temporal yang keempatnya tidak punya pengaruh dalam proses bahasa-ujar.
Ada beberapa cara lain untuk menunjukkan teori lokalisasi ini :
a. Teknik Stimulus Elektris
Tes ini di stimuluskan dengan listrik melalui thalamus lateral kiri sehingga menimbulkan anomia, dimasa subjek yang diteliti tidak dapat menyebabkan nama benda yang ada didepannya, meskipun dia masih lancar bercakap-cakap.
Tes stimulus elektris ini pertama kali dilakukan oleh Penfield dan Rasmussen (1951), lalu oleh Penfield dan Robert (1959) menemukan bahwa stimulus elektris pada korteks sebelah kiri telah menyebabkan si pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara, sedangkan stimulus yang sama pada korteks sebelah kanan tidak mengganggu kemampuan berbicara si pasien. Tes yang terakhir dilakukan oleh Ojeman dan Ward (1971).
b. Teknik Perbedaan Anatomi Otak
Geschwin dan Levistky (1968) telah menganalisa secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planum temporale yaitu daerah dibelakang Girus Heschl jadi daerah-daerah bahasa jauh lebih besar daripada hemisfer kiri.

c. Cara melihat otak dengan FET (Positrum Emission Tomography)
Cara melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Melihat bagian-bagian otak, terutama bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi.

5. Hemisfer Yang Dominan
Sejalan dengan pendapat Yule dan Whitaker, Krashen (1977) mengatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu. Krashen lebih jauh mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua hal.
a. untuk orang-orang tertentu kemampuan berbahasa dikendalikan oleh hemisfer kiri dan orang-orang tertentu lain oleh hemisfer kanan.
b. Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara lebih siap untuk fungsi kognitif.

Sebuah teori menyatakan bahwa otak mempunyai daerah konvergensi bahasa (Language Convergence Zones).
a. setiap orang memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan bahwa wanita memiliki otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar dibandingkan pria.
b. Bahasa pertama (Bahasa Ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua beekaitan dengan otak.
c. Aspek-aspek lain dari kemampuan berbahasa seperti nomina dan verba ternyata dip roses pada bagian otak yang berbeda.

6. Peningkatan Kemampuan Otak
 Membaca Dengan Kedua Belah Otak
Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu, seperti ideasi bahasa berada pada hemisfer kiri dan kemampuan berbicara ada pada daerah Broca sedangkan kemampuan memahami berada pada daerah Wernicke.
Menurut Diane Alexander, lambatnya kecepatan membaca dan minimnya daya ingat seseorang terhadap yang dibacanya adalah karena terfokusnya mata pada apa yang dibacaranya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengubah kebiasaan itu adalah dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti barus demi baris kalimat tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, Ken Shar, dan kawan-kawannya yang dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang menyatakan tiap wilayah otak memiliki fungsi-fungsi tertentu ternyata tidak seratus persen benar sebab ternyata hemisfer kananpun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.







PENUTUP
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa otak anak yang baru lahir masih merupakan gumpalan zat cair kental dan pada awalnya semua bagian otak berfungsi menangani semua fungsi yan menjadi tugas otak tersebut. secara berangsur-angsur otak tersebut mengalami proses yang disebut dengan literalisasi, yaitu proses pematangan otak dalam menuju pemisahan bagian-bagiannya yang berfungsi sendiri-sendiri.
Adapun perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut volpe (1987) terdiri atas 6 tahap, yaitu :
1. Pembentukan tabung neural
2. Profilerasi selular membentuk calon sel neuron dan glia.
3. Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks.
4. Deferesiasi selular menjadi neuron spesifik.
5. Perkembangan akson dan dendrite yang menyebabkan bertambahnya sinaps       (perkembangan dendrite tergantung fungsi daerah tersebut).
6. Elimenasi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi










Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teeoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Maksan, Marjusman. 1993. Psikolinguistik. Padang: Ikip Padang Press.





MAKALAH PSIKOLINGUISTIK
TENTANG
BAHASA DAN OTAK
 oleh:
Kelompok 8
Lia Dimai Fitri (18195/2010)
Yovi Ersariadi (17355/2010)
    Nur Insan Kamil (18184/2010)
Sinta Wira Sasmi 54536/2010)


Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)
Universitas Negeri Padang
2013

0 comments:

Post a Comment