MAKALAH
PEMROLEHAN
SINTAKSIS
Yudi Firmawan (3
Tahun)
Diajukan untuk
memenuhi syarat perkuliahan Psikolinguistik
yang dibina oleh
Prof. Dr. Syahrul R, M.Pd.

YOVI ERSARIADI
NIM 17355/2010
NIM 17355/2010
PROGRAM STUDI
SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas
segala rahmat dan hidayah Allah SWT, sehingga tugas ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tugas ini membahas tentang pemerolehan sintaksis Yudi Firmawan dalam
mata kuliah Psikolinguistik.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pembimbing sekaligus dosen kami, yakni Prof. Dr. Syahrul R, M.Pd.dimata
kuliah Psikolinguistik. Kemudian, kepada seluruh yang terkait dalam penulisan
tugas ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa
tugas ini masih terdapat banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi,
untuk itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran dari pembaca. Penulis
mengharapkan tugas ini dapat memberikan manfaat.
Padang, 02 Mei 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemerolehan bahasa
seorang anak berkaitan erat dengan keuniversalan bahasa. Artinya
keterkaitan ini menjurus kepadaadanya elemen-elemen bahasa yang
urutan pemerolehannya bersifat universal absolut, ada yang universal
statistikal, dan ada pula yang universal implikasional. Apabila dilihat
dari keuniversalan absolut, pemerolehan bahasa anak dimulai dari
beberapa tahap. Menurut Tarigan, tahapan ini terdiri dari: tahap meraban
(pralinguistik) pertama. Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal
kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendeguk, menjerit, dan tertawa. Tahap
berikutnya, tahap meraban (pralinguistik) kedua, Tahap ini disebut juga tahap
kata omong-kosong, tahap kata tanpa makna.
Awal tahap
ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan.
Tahap I: Tahap holofrastik (tahap linguistik pertama). Ini adalah tahap satu
kata, yang mulai disekitar usia satu tahun. Tahap II: Ucapan-ucapan dua kata.
Tahap linguistik kedua ini biasanya mulai menjelang hari ulang tahun kedua.
Tahap III: Pengembangan tata bahasa. Tahap ini pada usia 2 tahun. Tahap
IV: Tata bahasa menjelang dewasa, tahap ini anak-anak mulai dengan
struktur-struktur tata bahasa yang lebih rumit; banyak di antaranya yang
melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi,
relativisasi dan kongjungsi. Tahap ini dimulai sejak umur 2 sampai 3
tahun.
Pengkajian
tentang pemerolehan makna kata pada anak-anak usia 4 sampai 5 tahun tentu
mengetahui lafal dan maknanya. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik
sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Larson (dalam Chaer, 2003: 195) mengemukakan
bahwa sebuah kata merupakan gabungan dari fitur-fitur semantik. Dengan kata
lain, makna dapat dijelaskan berdasarkan apa yang disebut dengan fitur-fitur
atau penanda-penanda semantik. Penelitian tentang pemerolehan makna kata pada
anak-anak khususnya di usia 4 sampai 5 tahun adalah kajian yang sangat menarik
bagi penulis. Hal ini disebakan oleh ketertarikan penulis terhadap ilmu
psikolinguistik dan perkembangan bahasa anak-anak sejak lahir hingga dewasa.
Walaupun
seorang anak tidak pernah diajarkan secara formal untuk memaknai suatu kata
tetapi dalam proses perkembangannya pengetahuan itu didapatkan secara empiris.
Prosesproses yang terjadi dalam pemerolehan makna secara empiris tersebut
merupakan hal yang ingin penulis deskripsiskan dalam penelitian ini. Ada dua proses
yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya yaitu,
proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi adalah proses penguasaan
tata bahasa yang berlangsung secara alami dan proses performansi adalah proses
pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat
(Chaer, 2003: 167). Proses ini adalah proses alami yang telah terjadi ketika
anak-anak mulai mengoceh, mengucapkan dua kata atau satu kata, hingga akhirnya
dapat mengucapkan satu kalimat yang sempurna walaupun anakanak dalam proses
pemerolehan bahasanya tidak pernah diajarkan secara formal bagaimana membuat
suatu kalimat yang sempurna.
Chomsky
(dalam Chaer, 2003: 168) menyatakan bahwa kompetensi mencakup tiga buah
komponen tata bahasa yaitu, komponen sintaksis, kompenen semantik, dan komponen
fonologi. Komponen di atas lazim disebut dengan pemerolehan sintaksis,
pemerolehan semantik, dan pemerolehan fonologi. Ketiga pemerolehan ini tidak
dapat secara sendiri-sendiri melainkan saling berhubungan satu sama lain.
Pemerolehan sintaksis pada anak-anak usia 4 sampai 5 tahun merupakan kajian
dalam penelitian ini.
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah
dia memperoleh bahasa pertamanya. Pemerolehan bahasa
tersebut adalah pemerolehan fonologi, sintaksis, dan semantik. Setelah
dilakukan observasi ke lapangan, penulis menemukan anak usia 3 tahun bernama Yudi. sudah bisa mengucapkan
kata-kata bahkan kalimat. Oleh karena itu, pemerolehan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah pemerolehan sintaksis.
A.
Fokus Masalah
Pemerolehan bahasa pada seorang anak meliputi pemerolehan
semantik, fonologi, sintaksis, dan pragmatik. Berdasarkan llatar belakang, peneliti memfokuskan penelitian ini
pada pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia anak usia tiga tahun yaitu Yudi
Firmawan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka
masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu: Bagaimanakah
pemerolehan sintaksis Yudi Firmawan?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarakan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah.
1. Mendeskripsikan pemerolehan sintaksis Yudi Firmawan.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini antara lain:
1.
Manfaat Teoretis, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan informasi
dalam hal penelitian tentang pemerolehan sintaksis bahasa Indonesia pada anak
usia tiga tahun. Selain itu, penelitian diharapkan pula sebagai
bahan masukan bagi penelitian yang relevan, khususnya dalam hal pemerolehan
bahasa anak usia tiga tahun.
2.
Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi para
orang tua yang memiliki anak usia dini, khususnya yang berusia dua tahun dan
tiga tahun agar mengetahui perkembangan sintaksis yang dialami anaknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemerolehan Sintaksis
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis
dimulai ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih
(lebih kurang ketika berusia 2:0 tahun). Oleh karena
itu, ada baiknya diikutsertakan dalam satu teori pemerolehan sistaksis. Pemerolehan
bahasa anak-anak dapat dikatakan memiliki suatu rangkaian kesatuan yang
bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit
(Tarigan, 1988:5). Pemerolehan sintaksis pada anak merupakan suatu proses yang
berlangsung di dalam otak seorang anak dan mampu untuk merangkai suatu kesatuan
kalimat yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang
rumit. Kelas atau golongan kata atau frase atau klausa pengisi suatu fungsi
sintaksis disebut dengan kategori kata. Kategori kata terdiri atas nomina,
verba, adjektiva, dan preposisi.
Berikut ini ada
beberapa teori tentang pemerolehan sintaksis yaitu:
1. Teori bahasa Pivot
Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Brane
(1963), Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), dan Miler dan Ervin.
Menurutnya ucapan dua kata kanak-kanak terdiri dari dua jenis kata menurut
posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas
terbuka. Berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori
tata bahasa pivot.
2. Teori hubungan Tata bahasa nurani
Tata bahasa generatif transformasi dari Chomsky (1957-1965) sangat terasa
pengaruhnya dalam pengkajian perkembangan sintaksis kanak-kanak. Menurut
chomsky hubungan-hubungan tata bahasa tertentu seperti “ subject – of,
predicate – of, dan direct object – of” adalah bersifat universal dan
dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini.
Berdasarkan teori Chomsky tersebut,
Mc. Neil (1970) menyatakan pengetahuan kanak-kanak
mengenai hubungan-hubungan tatabahasa universal ini bersifat
"nurani". Maka itu akan langsung mempengaruhi pemerolehan sintaksis kanak-kanak sejak tahap awalnya.
Jadi, pemerolehan sintaksis ditentukan oleh hubungan-hubungan tatabahasa
universal ini.
3. Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi
Sehubungan dengan teori hubungan tata bahasa nurani, Bloom (1970)
mengatakan bahwa hubungan hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi
situasi (konteks) belumlah mencukupi
untuk menganalisis ucapan atau bahasa kanak-kanak.
4. Teori kumulatif kompleks
Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang
dikumpulkannya. Menurut Brown, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak
ditentukan oleh kumulatif kompleks
semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh. Jadi,
sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu
dalam ucapan orang dewasa. Dari tiga orang kanak-kanak (berusia dua tahun) yang sedang memperoleh bahasa
inggris yang diteliti Brown ternyata morfem yang pertama kali dikuasai adalah
progressive-ing dari kata kerja, padahal bentuk ini tidak sering muncul dalam
ucapan-ucapan orang dewasa.
Setelah progressive-ing baru muncul kata depan in, kemudian on, dan diikuti
oleh bentuk jamak “s”. Sedangkan partikel The dan
a yang lebih sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa baru muncul pada
tahap ke 8. Urutan perkembangan sintaksis yang dilaporkan oleh
Brown hampir sama dengan urutan perkembangan hubungan-hubungan sintaksis yang
dilaporkan oleh sejumlah pakar lain.
5. Teori pendekatan semantik
Teori pendekatan semantik ini menurut Greenfield dan Smith (1976) pertama
kali diperkenalkan oleh Bloom. Dalam hal ini Bloom (1970) mengintegrasikan
pengetahuan semantik dalam pengkajian perkembangan sintaksis ini berdasarkan
teori generatif transformsinya, Chomsky (1965). Salah satu teori bahasa yang didasarkan pada komponen semantik diperkenalkan
oleh Fillmore (1968)yang dikenal dengan nama tata bahasa kasus (case grammar).
Teori ini telah digunakan oleh Bowerman dan Brown (1973) sebagai dasar untuk
menganalisis data-data perkembangan bahasa.
6. Tahap-tahap Pemerolehan Sintaksis
1.
Masa Pra-lingual (anak usia 0,0-1,0)
2.
Masa kalimat satu kata (anak usia
1,0-2,0)
3.
Masa kalimat dengan rangkaian kata
(anak usia 2,0-3,0)
4.
Masa konsrtuksi sederhana (anak usia
3,0-5,0)
B. Pemerolehan Sintaksis Yudi Firmawan
Objek penelitian dalam penelitian
ini adalah seorang anak laki-laki berusia 3 tahun bernama Yudi Firmawan. Yudi
dilahirkan di keluarga yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa ibu. Karena, Yudi merupakan hasil perkawinan campuran dari ayah berdarah
Mentawai dan Ibu berdarah Minang. Maka, di dalam kehidupan sehari-hari mereka
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu.
Sampel
penelitian ini di ambil dari percakapan Yudi
dengan peneliti ketika bertelepon. Percakapan ini terjadi jam 08.09 WIB
pada hari Senin, 29 April 2013. Rekaman diambil ketika Durasi rekaman ini adalah 06 menit 59 detik. Rekaman diambil
dengan menggunakan hp NokiaC3. Berikut transkripsi dari rekaman tersebut.
Yudi
: hallo kak
Yovi
: hallo Yudi
Yudi
: lagi dimana?
Yovi
: lagi di rumah, Yudi lagi dimana?
Yudi
: pasti di lagi di kerjakan?
Yovi
: iya kakak lagi kerja, Yudi lagi ngapain?
Yudi
: lagi main
Yovi
: main apa?
Yudi
: gag tau
Yovi
: kog gag tau?
Yudi
: yaa maen speker inilah
Yovi
: main speker, sama siapa mainnya?
Yudi
: abang kakak lah
Yovi
: oo abang kakak. Yudi.
Yudi
: apa?
Yovi
: udah mandi?
Yudi
: belum
Yovi
: kok belum?
Yudi
: emangnya dimana ah! Kakak ngapain? Kejera kakak
Yovi
: kakak laagi kerja, Yudi lagi ngapain? Yudi belum mandi kan?
Yudi
: kakak itu sebentar lagi pulangnya ya?
Yovi
: iya kakak sebentarlagi pulangnya. Kakak lagi kerja
Yudi
: hallo
Yovi
: hallo
Yudi
: kakak udah makan?
Yovi
: kakak udah makan, Yudi udah makan?
Yudi
: belum
Yovi
: oo belum.minum susu udah
Yudi
: belum
Yovi
: kog belum
Yudi
: susu aja itu gag ada disini angndag ada susu di rumah nenek aa, aa ndag ada
do susu drumah abang aa
Yovi
: mintaklah susu sama abang tu
Yudi
: yaa gag ada susu melur nya
Yovi
: oo, Yudi, kapan Yudi mau main kerumah
kaka?
Yudi
: apa kak?
Yovi
: kapan Yudi mau main kerumah kakak?
Yudi
: aa, main kesinilaah, pagi-pagi, malam ka,nantik jam-jam 4
Yovi
: jam empat. Yudi bisa nyanyi?
Yudi
: aa?
Yovi
: bisa nyanyi
Yudi
: ndag
Yovi
: enggak?
Yudi
: bisalah
Yovi
: coba kalau bisa nyanyi
Yudi
: ndag mau nanti didengar
Yovi
: kitaberdua aja yang dengar, abang itu ag boleh dengar , suruh abang tu ppergi
dulu, baru kita berdua aja yang dengar
Yudi
: gag, kakaknya, kakak enjelnya ada mah
Yovi
: kak enjel?
Yudi
: iya
Yovi
: kak enjel bisa nyanyi?
Yudi
: aa
Yovi
: kak enjel bisa nyanyi?
Yudi
: apa
Yovi
: kak enjel bisa nyanyi?
Yudi
: bisa mah hehehe
Yovi
: nyanyi apa tu?
Yudi
: aa
Yovi
: kalau nyanyi kayak gini bisa?
Yudi
: kalau mau itu, kalau mau ambil … ee buat cari uang aja sama tante, pernah mah
kakak ambik uang
Yovi
: iya
Yudi
: tapi marah kakak melanya
Yovi
: marah kak melanya?
Yudi
: iya, tapi itu itu, ee, pisangkan, dia yang ambil
Yovi
: terus gimana?
Yudi
: yaa nangislah
Yovi
: siapa yang nangis
Yudi
: di turuh mandi ajjah dia gag mau
Yovi
: gag mau disuruh mandi
Yudi
: yaa sudah nii abang
Yudi
: hallo
Yovi
: hallo
Yudi
: kakak lagi ngapain?
Yovi
: Yudi banyak kali tanyanya, tadi udah
di tanyakan,kakak lagi kerja Yudi
Yudi
: kakak banyak itu, ee itu, suruh-suruh makan-makan
Yovi
: mana ada kakak suruh makan-makan
Yudi
: makan ee makan pas kakak gi di rumahkan itu bilang suruh makan-makan
Yovi
: iih, mana ada
Yudi
: ada mah
Yovi
: ada ya? Lupa kakak lo. Haa lupa
Yudi
: kakak ni ah
Yovi
: Yudi
Yudi
: apa
Yovi
: kapan mau main ketempat kakak?
Yudi
: woo, dua kali kakak bilang
Yovi
: oiya, dua kali kakak bilang. Gag da kakak nanya-nanya lagi lah yaa.
Yudi
Yudi
: apa
Yovi
: Yudi suka permen apa suka balon?
Yudi
: balon sama permen ajja
Yovi
: Yudi mau balon?
Yudi
: mau balon sama permen
Yovi
: nanti kaka kasih sama abangnya. Nanti abangnya kasih ke Yudi balonnya
Yudi
: iyalah
Yovi
: Yudi punya balon di rumah?
Yudi
: ndag
Yovi
: permen?
Yudi
: ndag, emangnya ge kerja ada permen, emangnya kakak ambil?
Yovi
: iya, ada permen disini. Yudi mau?
Yudi
: maulah, sama itu saa balon
Yovi
: o yaa, nanti kakak kasih ya sama abang
Yudi
: iya nanti dikasih balon sama permen
Y sudah ya, ini abang
Pemerolehan bahasa Yudi pada tataran
sintaksis sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari data yang didapatkan. Yudi
sudah bisa membuat kalimat yang bersifat deklaratif. Pemerolehan
sintaksis Yudi telah sampai pada tahap masa konstruksi sederhana, karena umur
Yudi Firmawan adalah 3 tahun . Masa konstruksi sederhana berlangsung pada anak
usia tiga tahun sampai lima tahun. Pada usia ini anak-anak sudah mulai
berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana dan berangsur-angsur menjadi
kalimat kompleks. Selain itu, dalam melakukan percakapan Yudi sudah mengerti
makna dari setiap ujarannya. Hanya saja, ada sebagian tuturannya tidak
terstruktur dengan baik, misalnya: “makan ee makan pas kakak gi di
rumahkan itu bilang suruh makan-makan”, “kalau mau itu, kalau mau ambil … ee
buat cari uang aja sama tante, pernah mah kakak ambik uang” .
C. Biodata Informan
Nama : Yudi Firmawan
Umur : 3 Tahun
Jumlah
Saudara : 2 (dua)
Anak
ke : 2 (dua)
Bahasa
yang dipakai : bahasa Indonesia
Alamat : Padang
D.
Gambar Informan


BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemerolehan bahasa pada tataran
sintaksis Yudi selaku objek penelitian sudah cukup baik. Tidak terdapat
penyimpangan yang berarti dalam tuturan yang dihasilkan. Pemerolehan bahasa
anak usia 3 tahun berada pada tahap perkembangan kalimat. Anak sudah mengenal
pola dialog, sudah mengerti kapan gilirannya berbicara dan kapan giliran lawan
tuturnya berbicara. Anak telah menguasai hukum-hukum tata bahasa yang pokok
dari orang dewasa, perbendaharaan kata berkembang, dan perkembangan fonologi
dapat dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan beberapa
konsonan namun segera akan berhasil dilalui anak.
Pemerolehan
merupakan padanan kata acquisition yakni proses penguasaan bahasa yang
dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya disebut dengan
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu terjadi bila
anaknya sejak semula tanpa bahasa dan kini telah memperoleh bahasa).
0 comments:
Post a Comment